Sekilas Tarekat Haqmaliyah
Bai'at
Untuk mengamalkan tarekat tersebut melalui tahapan-tahan seperti pertama, adanya pertemuan guru (syeikh) dan murid. Lalu calon murid apabila ingin mejadi murid dari Tarekat ini haruslah memenuhi beberapa syarat tertentu terlebih dahulu. Di antaranya, adalah harus terlebih dahulu berpuasa selama 10 hari
Kedua, tahap perjalanan. Tahapan kedua ini tergantung dari ke zuhudan murid dalam mengamalkan ilmu yang diterima.
Tarekat (thariqah) secara harfiah berarti "jalan" sama seperti syariah, sabil, shirath dan manhaj. Yaitu jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan ridho-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya. Semua perkataan yang berarti jalan itu terdapat dalam Alquran, seperti QS Al-Jin:16," Kalau saja mereka berjalan dengan teguh di atas thariqah, maka Kami (Allah) pasti akan melimpahkan kepada mereka air (kehidupan sejati) yang melimpah ruah".
Istilah thariqah dalam perbendaharaan kesufian, merupakan hasil makna semantik perkataan itu, semua yang terjadi pada syariah untuk ilmu hukum Islam. Setiap ajaran esoterik/bathini mengandung segi-segi eksklusif. Jadi, tak bisa dibuat untuk orang umum (awam). Segi-segi eksklusif tersebut misalnya menyangkut hal-hal yang bersifat "rahasia" yang bobot kerohaniannya berat, sehingga membuatnya sukar dimengerti. Oleh sebab itu mengamalkan tarekat itu harus melalui guru (mursyid) dengan bai'at dan guru yang mengajarkannya harus mendapat ijazah, talqin dan wewenang dari guru tarekat sebelumnya. Seperti terlihat pada silsilah ulama sufi dari Rasulullah saw, sahabat, ulama sufi di dunia Islam sampai ke ulama sufi di Indonesia.
Silsilah Tarekat Haqmaliyah
Mama Rd.Toto Mutholib-Pataruman Garut, Rd.Asep Martawijaya-Pataruman Garut, Syeik H Muhammad Kahfi-Pataruman Garut, Syeiikh H Abdul Karim - Tanara Banten, Ahmad Khotib Sambas ibn Abdul Gaffar, Syamsuddin, Kamaluddin, Hisyamuddin, Waliyuddin, Nuruddin, Zainuddin, Syarafuddin, Syamsuddin, Moh Hatta, Syeikh Abdul Muhyi, Syeikh Syarif Hidayatullah, Syeikh Abdul Qadir Jilani, Ibu Said Al-Mubarak Al-Mahzumi, Abu Hasan Ali al-Hakkari, Abul Faraj al-Thusi, Abdul Wahid al-Tamimi, Abu Bakar Dulafi al-Syibli, Abul Qasim al-Junaid al-Bagdadi, Sari al-Saqathi, Ma'ruf al-Karkhi, Abul Hasan Ali ibn Musa al-Ridho, Musa al-Kadzim, Ja'far Shodiq, Muhammad al-Baqir, Imam Zainul Abidin, Sayyidina Husein, Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, Sayyidina Nabi Muhammad saw, Sayyiduna Jibril dan Allah Swt. Masalah silsilah tersebut memang berbeda satu sama lain, karena ada yang disebut seecara keseluruhan dan sebaliknya. Di samping berbeda pula guru di antara para kiai itu sendiri.
Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri, yaitu sejak Nabi Muhammad saw diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannust dan khalwat di Gua Hira' di samping untuk mengasingkan diri dari masyarakat Makkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Tahhanust dan Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks tersebut.
Proses khalwat nabi yang kemudian menerima wahyu dari malaikat Jibril disebut tarekat tersebut sekaligus diajarkannya kepada Sayyidina Ali ra. sebagai cucunya. Dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani di daerah Timur Tengah, dan lalu masuk ke Indonesia dibawa melalui para wali yang terkenal dengan sebutan Wali Songo pada jalur Syaikh Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Djati. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Haqmaliyah yang merujuk pada Syaidina Ali r.a dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari Allah Swt.
Bai'at
Untuk mengamalkan tarekat tersebut melalui tahapan-tahan seperti pertama, adanya pertemuan guru (syeikh) dan murid. Lalu calon murid apabila ingin mejadi murid dari Tarekat ini haruslah memenuhi beberapa syarat tertentu terlebih dahulu. Di antaranya, adalah harus terlebih dahulu berpuasa selama 10 hari
Kedua, tahap perjalanan. Tahapan kedua ini tergantung dari ke zuhudan murid dalam mengamalkan ilmu yang diterima.
Tarekat (thariqah) secara harfiah berarti "jalan" sama seperti syariah, sabil, shirath dan manhaj. Yaitu jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan ridho-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya. Semua perkataan yang berarti jalan itu terdapat dalam Alquran, seperti QS Al-Jin:16," Kalau saja mereka berjalan dengan teguh di atas thariqah, maka Kami (Allah) pasti akan melimpahkan kepada mereka air (kehidupan sejati) yang melimpah ruah".
Istilah thariqah dalam perbendaharaan kesufian, merupakan hasil makna semantik perkataan itu, semua yang terjadi pada syariah untuk ilmu hukum Islam. Setiap ajaran esoterik/bathini mengandung segi-segi eksklusif. Jadi, tak bisa dibuat untuk orang umum (awam). Segi-segi eksklusif tersebut misalnya menyangkut hal-hal yang bersifat "rahasia" yang bobot kerohaniannya berat, sehingga membuatnya sukar dimengerti. Oleh sebab itu mengamalkan tarekat itu harus melalui guru (mursyid) dengan bai'at dan guru yang mengajarkannya harus mendapat ijazah, talqin dan wewenang dari guru tarekat sebelumnya. Seperti terlihat pada silsilah ulama sufi dari Rasulullah saw, sahabat, ulama sufi di dunia Islam sampai ke ulama sufi di Indonesia.
Silsilah Tarekat Haqmaliyah
Mama Rd.Toto Mutholib-Pataruman Garut, Rd.Asep Martawijaya-Pataruman Garut, Syeik H Muhammad Kahfi-Pataruman Garut, Syeiikh H Abdul Karim - Tanara Banten, Ahmad Khotib Sambas ibn Abdul Gaffar, Syamsuddin, Kamaluddin, Hisyamuddin, Waliyuddin, Nuruddin, Zainuddin, Syarafuddin, Syamsuddin, Moh Hatta, Syeikh Abdul Muhyi, Syeikh Syarif Hidayatullah, Syeikh Abdul Qadir Jilani, Ibu Said Al-Mubarak Al-Mahzumi, Abu Hasan Ali al-Hakkari, Abul Faraj al-Thusi, Abdul Wahid al-Tamimi, Abu Bakar Dulafi al-Syibli, Abul Qasim al-Junaid al-Bagdadi, Sari al-Saqathi, Ma'ruf al-Karkhi, Abul Hasan Ali ibn Musa al-Ridho, Musa al-Kadzim, Ja'far Shodiq, Muhammad al-Baqir, Imam Zainul Abidin, Sayyidina Husein, Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, Sayyidina Nabi Muhammad saw, Sayyiduna Jibril dan Allah Swt. Masalah silsilah tersebut memang berbeda satu sama lain, karena ada yang disebut seecara keseluruhan dan sebaliknya. Di samping berbeda pula guru di antara para kiai itu sendiri.
Assalam sahabat.....sudahkan anda siap dengan pengertian....
ReplyDeleteAku telah menyebarkan 2 karung yang nabi ajarkan kepada kaumku.tetapi jika yang 1 karung aku sebarkan.niscaya akan di penggal leherku....semoga Allah merohmati kita semua.aamminn yra